Jumat, 28 Agustus 2009

SAHABAT YANG BERBEDA

oleh ADELIA MONICA

Pagi yang indah di sekolah sangatlah menyenangkan bagi sisiwa dan siswi yang datang lebih cepat ke sekolah . Apa lagi bisa menghirup udara pagi yang menyegarkan dan sejuk. Jarang sekali peristiwa ini bisa dirasakan oleh orang-orang di kota kecil ini. Salah satu siswi yang sangat menunggu-nunggu peristiwa ini adalah Rina Madori. Dia adalah siswi SMA yang baik hati dan manis. Dia orang kaya tapi dia tidak suka menunjukan kekayaannya dan lebih suka bersikap sederhana. Rina mempunyai teman yang sangat aneh. Namanya adalah Yuna Shita yang seumuran dengan Rina Madori. Yuna Shita bukanlah seorang manusia melainkan dia adalah seorang hantu yang cuma bisa dilihat oleh Rina Madori. Yuna Shita tidak menakutkan karena Yuna berwujud seorang manusia. Rina sangat sayang dengan Yuna karena dia adalah sahabat yang baik walaupun dia seorang hantu. Yuna dan Rina saling memceritakan curhat mareka masing-masing dan selalu bersama-sama merasakan hal-hal yang senang, sedih, kecewa, marah, dan lain-lainnya. Mereka berdua tidak dapat terpisahkan lagi.
“Nona, jalan kaki ke sekolah! Bahaya!”, saran pelayan yang ada dirumah Rina. “Maaf pak, tapi Rina mau ke sekolah sekalian olahraga biar sehat. Rina pergi dulu. Selamat Pagi”, jawab Rina dengan semangat. Rina mengambil tas sekolahnya dan berlari menuju pintu depan rumah. Dia membuka pagar yang sangat tinggi dibantu oleh satpam yang menjaga pagar rumag Rina. “Hati-hati yang Non!”, saran pak satpam yang mulai menutup kembali pagar rumah Rina. “Iya pak, terima kasih”, jawab Rina. Rina berjalan dengan santai melawati rumah-rumah di kompleknya. “Rina BODOH ! kenapa kamu jalan kaki? Kamu tidak capek?”, tanya Yuna yang tiba-tiba menanpakan dirinya dihadapan Rina . “Tidak, aku senang kok jalan kaki. Biar sehat dan bisa melihat keindahan alam”, jawab Rina denagn riang gembira. “Dasar Rina, padahal kamu tidak usah susah-susah kayak gini cuma buat melihat alam”, ungkap Yuna. “Tidak apa-apa kok Yuna, aku senang kok kayak gini”, ungkap Rina. “Rina.... Rina, kamu itu terlalu sederhana”, ungkap Yuna. Yuna sebenarnya tidak suka kalau Rina terlalu sederhana, padahal dirumah Rina berderet mobil mewah yang bis mengantar Rina kemana pun. Rina pasti tidak kehujanan, kepanasan, kecapekan, dan selamat. Makanya Yuna begitu kagum dengan sosok Rina yang berbeda dengan orang-orang yang lain.
Akhirnya Rina dan Yuna sampai di sekolah. Rina menghela nafas panjang karena capek sehabis berjalan. “Sudah kubilang, kita harusnya naik mobil kamu”, ungkap Yuna yang juga merasakan kecapekan. “Aku cuma capek sedikit saja, okeeee kita let’s go to class”, ajak Rina kepada Yuna yang telah kembali semangat dan mereka berdua berjalan menuju kelas mereka. “Rina, kita ada tugas tidak?”, tanya Yuna. “Kayaknya tidak ada, kenapa kamu nanya-nanya, Yuna?”, tanya Rina. “Baguslah, aku bisa ngerjain orang-orang nih”, ungkap Yuna. “Sifat usil yang tidak berubah ya, Yuna”, kritik Rina. “hahaha Ini memang sifat asli aku. Aku kan kejam”, balas Yuna. Dibayangannya Rina, Yuna bagai setan nakal yang siap tempur untuk mengganggu umat manusia. Rina memang tidak bisa se-usil Yuna, tapi tak heran kalau Rina langsung ketawa melihat Yuna mengerjain temen se-kelasnya. Bagi Rina itu suatu moment yang jarang sekali Rina rasakan sebelum Yuna datang di hadapan Rina.
Pertama kali ketemu, Yuna yang tiba-tiba muncul di hadapan Rina sangat berbeda dengan sekarang. Dulu Yuna sama menderitanya dengan Rina. Sejak dulu kesedihan melanda dalam diri Rina dan Yuna. Yuna muncul di hadapan Rina dengan wujud yang mengerikan. Yuna berlumuran darah, bajunya basah dan kotor, dan matanya berair karena menangis. Raut wajah Yuna begitu terpancar jelas di hadapan Rina. Yuna seakan marah, sedih, kecewa, dan tidak ada kepercayaan lagi kepada orang-orang. Dia begitu terluka dalam. Rina kaget melihat wujud Yuna yang tiba-tiba muncul, tapi Rina seakan tahu kalau Yuna sangat menderita. “Siapa kamu?”, tanya Rina. “Kamu bisa melihat saya?”, tanya Yuna dengan kagetnya. “Bisa, btw kamu itu siapa?”, tanya Rina sekali lagi. “Aku Yuna Shita, kalau kamu? Kamu tidak takut melihat saya? Saya kan hantu”, tanya Yuna. “Aku Rina Madori. Aku takut kok sama hantu, tapi walaupun kamu hantu aku ingin sekali membantumu”, jawab Rina. “Membantu buat apa?”, tanya Yuna. “Aku ingin tidak bersedih lagi”, jawab Rina dengan senyum seakan menyambut ihklas Yuna untuk berteman dengan Rina. Yuna begitu kaget mendengarnya. Selama hidupnya, Yuna tidak pernah diperhatiin oleh orang-orang yang dia kenal. Cuma Rina yang tahu bagaimana perasaan Yuna. Yuna yang berdiri langsung duduk dan menutup mukanya. Dia menangis tersedu-sedu. Air matanya terus membasahi wajahnya yang kotor. Hatinya seakan terbuka mendengar perkataan Rina yang tulus. Lalu Rina menghampiri Yuna yang duduk di lantai dan memeluk erat Yuna. “Jangan sedih, aku tahu kamu sedih karena mereka semua. Aku ingin kok menjadi sahabatmu. Cerita saja apa yang mau kamu ceritakan, pasti aku akan mendengarnya dengan senang hati”, bisik Rina dengan pelan. “Terima kasih ya Rin”, ungkap Yuna yang begitu bahagia mendengarnya. “Iya sama-sama”, jawab Rina. Sejak itu Yuna pun berubah dan bisa tersenyum.
“Woy Rin, ngapain kamu melamun di depan kelas, sebentar lagi mau masuk pelajaran”, ungkap Yuna. “Tidak, aku cuma lagi memikirkan sesuatu. Ya sudah, kita masuk kelas aja”, ajak Rina. “Ayo”, jawab Yuna. Mereka berdua masuk ke kelas dan menunggu guru masuk kelas. Yuna pun duduk disebelah Rina yang mau mengambil buku di dalam tasnya. “Pagi anak-anak, Hari ini kita mempunyai temen baru namanya Ori Nata. Dia baru pindah dari kota sebelah”, ungkap Pak Guru. “Salam kenal semua, semoga saya bisa bekerja sama dengan kalian”, ungkap Ori. “Wah, dia sopan sekali ya”, bisik Rina kepada Yuna. Yuna Cuma diam, raut wajah Rina berubah menjadi Marah. “Ada apa Yuna”, tanya Rina. “Tidak ada apa-apa kok”, jawab Yuna yang sedikit aneh. Rina sangat khawatir melihat raut wajah Yuna yang berubah.
“Ori, di kota sebelah ada apa saja?”, tanya teman sekelasku kepada Ori. Semua orang di dalam kelas banyak yang mengerumunin Ori. Ternyata Cuma Rina yang tidak ikut-ikut teman sekelasnya. Dia masih khawatir dengan keadaan Yuna. “Kamu Rina? Mau ke kantin tidak?”, tanya Ori. “Iya aku Rina, AAAHHH kok aku?”, tanya Rina yang sangat kaget. “Ayo temenin aku”, ajak Ori dan Ori pun menarik Rina dari tempat duduknya. Merka berduapun pergi ke kantin. “ Rinnnnaa !!”
“Hahahaha, jadi begitu ya. Kota ini ada juga yang menyenangkan”, ungkap Ori. “hahaha, iya. Ori aku duduk di tempatku ya”, ungkap Rina. “Oke Rin”, jawab Ori. Rina meliahat Yuna yang duduk sambil membaca buku. “Kemana aja Yuna?”, tanya Rina. “Aku di depan kelas”, jawab Yuna. “loh, tapi aku kok tidak melihat kamu, kenapa kamu tidak panggil aku?”, tanya Rina. “Aku sudah panggil kamu, tapi kamu tidak dengar”, jawab Yuna yang sangat marah. Rina sangat menyesal dan merasa bersalah. “Aku minta maaf ya Yuna, Kamu ini kenapa Yuna?”, tanya Rina. Yuna Cuma diam seribu bahasa. “Yun, kamu kanapa?”, tanya Rina dengan nada yang sedikit kuat. Yuna pun berdiri. “Asal kamu tahu, Ori adalah sahabat aku yang dulu. Dia yang menambrak aku memakai mobil di jalan yang hujan sampai aku jadi kayak ini”, jawab Yuna dengan sangat marah dan mengeluarkan air mata. Rina hanya diam di tempat duduknya. Rina begitu kaget mendengar perkataan Yuna. Rina baru tahu kenapa dari tadi raut wajah Yuna berbeda. Rina sangat bersalah dan menyesal. Yuna pun keluar kelas dan berlari keluar kelas menuju gerbang sekolah. Rina pun beranjak dari tempat duduknya dan mulai mengejar Yuna yang menuju gerbang sekolah. “Rina Madori !!!”, teriak Pak guru yang melihat Rina mau keluar dari gerbang sekolah.
Rina terus mengejar Yuna. Mereka berdua sudah keluar dari wilayah sekolah. “ Yuna Yuna Yuna !!!”, teriak Rina. Yuna tetapa tidak mendengar. Rina pun mulai kecapekan dan kehausan. Tenaga Rina mulai berkurang dan rasanya kepala Rina mulai berkunang-kunang karena panas dari matahari yang menyengat. “ Yuuuuuunaaaa !!!”, Tiba-tiba ada mobil yang mengarah ke Rina. Rina tidak bisa menggerakan tubuhnya lagi karena dia begitu lelah. Yuna tetap berlari dan menjauh dari Rina. Rina menanggis karena penyesalannya. “Aku minta maaf Yuna, kamu sahabat yang baik”, teriak Rina. “TEEEEEETT !!!!!”. “Yunaaaa”, teriak seseorang. Rina merasakan ada orang yang memanggilnya.
Rina membuka matanya, suasana ruangan begitu sepi dan sejuk. “Apa aku sudah mati?”, tanya Rina dalam hatinya. Rina pun mulai menutup matanya dengan tenang. “Heii, sudah bangun ya?”, tanya seseorang. Rina pun bangun dan melihat Yuna disebelahnya. Rina memeluk erat Yuna. “Maafkan aku Yuna”, ungkap Rina. “Iya aku sudah maafin kamu kok. Buktinya aku nolongi kamu dari tabrakan mobil itu”, jawab Yuna. Rina menangis terharu karena Yuna menolongnya. “Terima kasih ya”, ungkap Rina. “ Bagiku kamu adalah sahabat yang sangat aku sayangi walaupun kita itu berbeda. Aku tidak mau kehilangan sahabtku lagi. Apalagi sahabatku ini begitu baik dan setia”, ungkap Yuna. Merka berdua pun menangis bersama. Dan mereka terus bersama apa pun yang terjadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah berkomentar, Silahkan tulis email anda maka saya dapat membalas komentar dari anda. Apabila ada pertanyaan, kritik, dan saran silahakan komentar di blog atau kirim email ke rumahmonicapuchiko@gmail.com. Terima Kasih

Arsip Blog